Senin, 21 Maret 2016

Apabila Hidup Tak Ada Petunjuk

         Alkisah, terdapatlah seorang pengembara yang terbangun dari keadaan tidak sadar dan mendapati dirinya di tengah hutan. Dia tidak tahu dimana ia berada, dari mana dia berasal, siapa dia, dan untuk apa dia ada di hutan itu. Yang dia tahu adalah bahwa dia berada di sebuah hutan belantara, dikelilingi belukar lebat, pepohonan, binatang liar, dan tanpa ada seorang manusia pun untuk dirinya bertanya. Di sekitar tempat dirinya terbangun, tidak dia temukan apapun yang bisa mengingatakan dirinya akan asal usulnya, dan kenapa dia ada di tempat itu.
      Seiring waktu berjalan, dia mencapai titik lelah untuk mencari siapa dirinya, dan kenpa dia ada di tempat itu. Akhirnya, yang ia lakukan dalam keseharian hanyalah bertahan hidup, tanpa tujuan dan arah yang pasti. Hingga suatu ketika datang seorang yang mengaku sebgai utusan maharaja, yang menerangkan dirinya melalui sebuah surat dari sang raja, bahwa dia adalah sang pangeran, yang berada dari suatu neger, di utus ke tempat ini untuk mencari harta karun. Buktinya adalah secarik kertas kecil yang diselipakan di bajunya, berisi catatan tentang dia dan misi apa yang dia bawa di hutan.
         Cerita pengembara di atas, jika di analogikan dengan kehidupan kita sebga manusia ibarat "pengembara" yang hidup di "hutan dunia". Seandainya saja tidak ada utusan yang membawa petunjuk, tentulah kita akan tersesat dan kebingungan dalam mengarungi hidup ini. Sebagaimana mereka yang tidak bermain seperti kaum materialistis,ateis, dan hedonis yang hidup dalam kesesatan. Maka,bersyukurlah kita yang mendapatkan petunjuk dari utusan Allah swt. Yaitu Muhammad saw. Yang menyampaikan kabar gembira, memberi peringatan, dan menerangkan hakikat pencipta kita di dunia. Bersama beliau, diturunkanlah al-Qur'an sebagai pedoman hidup   

Minggu, 20 Maret 2016

Ajaran Pokok Rasulullah saw. di Mekkah

Ajaran-Ajaran Rasulullah
  • Aqidah
   Rasullulah saw. diutus oleh allah swt. untuk membawa ajaran tauhid. Masyarakat arab yang saat ia dilahirkan bahkan jauh sebelum ia dilahirkan, hidup dalam praktik kemusyrikan. Ia sampaikan kepada kaum Quraisy bahwa Allah swt. Maha pencipta. Segala sesuatu di alam ini, langit, bumi, matahari, bintang-bintang, laut, gunung, manusia, heawan tumbuhan, abtu-batuan, air, api, dan lain sebagainya itu merupakan ciptaan Allah swt.Maha kuasa atas segala sesuatu, sedangkan manusia lemah tak berdaya. ia Mahaagung (Mulia) sedangkan manusia rendah dan hina.
   Ajaran tauhid ini berbekas sangat dalam di hati Nabi dan para pengikutnya sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat mapan, dan tak tergoyahkan. Dengan keyakinan ini, para sahabat sangat percaya bahwa allah swt. tidak akan membiarkan mereka dalam kesulitan dan penderitaan. Dengan keyakinan ini pula, mereka percaya bahwa allah swt. akan memberikan kebahagian hidup kepada mereka.
   Ini pula yang menjadi rahasia mengapa Billal bin Rabbah dapat bertahan atas siksaan yang ia terima dengan tetap mengucapkan "Allah Maha Esa" secara berulang.
  • Akhlak Mulia
   Dalam hal akhlak, Nabi Muhammad saw. tampil sebagai teladan yang baik (ideal). Sejak sebelum menjadi nabi, ia telah tampil sebgai sosok yang jujur sehingga diberi gelar oleh masyarakatnya sebgai al-amin (yang dapat dipercaya). Selain itu, Nabi Muhammad saw. merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan beban orang lain. Ia juga membangun dan memelihara hunbungan keluarga serta persahabatan.Nabi Muhammad saw. tampil sebagai sosok yang sopan, lembut, menghoramati setiap orang, dan memuliakan tamu.
    Keterangan diatas memberikan penjelasan kepada kita, bagaimana Rasulullah saw. Memadukan teori dan praktik. Ia mengajarakan akhlak mulia kepada masyarakatnya, sekaligus ia juga membuktikannya dengan perilakunya yang sangat jujur.Ia tidak hanya mengajarkan tetapi juga mencontohkan dengan akhlak terpuji.

Pembagian Hukum Islam

Hukum-Hukum Islam
     Para ulama membagi hukum islam kedalam dua bagian, yaitu hukum taklifi dan hukum wad'i. Hukum taklifi adalah tuntunan Allah swt. Ynag berkaitan dengan perintah dan larangan. Hukum wad'i adalah perintah Allah swt. yang merupakan sebab,syarat,atau penghalang bagi adanya sesuatu.


Hukum Taklifi
     Hukum taklifi terbagi kedalam lima bagian, seperti berikut.
1. Wajib (fardu), yaitu aturan allah swt. Yang harus dikerjakan, dengan konsekuensi bahwa jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan akan berakibat dosa. Pahala adalah sesuatu yang akan seseorang pada kenikmatan (surga). Sedangkan doasa adalah sesuatu yang membawa seseorang kedalam kesengsaraan(neraka). Misalnya perintah wajib salat,puasa,zakat,haji dan sebagainya.

2. Sunnah (Mandub), yaitu tuntutan untuk melakukan suatu perbuatan dengan konsekuensi jika dikerjakan akan mendapat pahala dan jika ditinggalkan karen berat untuk melakukannya tidaklah berdosa. Misalnya ibadah salat Tarwih, pauasa senin-kamis, dan sebagainya.

3. Haram (Tahrim), yaitu larangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau perbuatan. Konsekuensinya adalah jika larangan tersebut tidak dilakukan akan mendapatkan pahala, dan jika tetap dilakukan, akan mendapatkan dosa atau hukuman.Misalnya larangan meminum minuman keras, larangan berzina, larangan berjudi dan sebagainya.

4. Makruh (Karahah), yaitu tunttan untuk meninggalkan suatu perbuatan. Makruh artinya sesuatu yang dibenci atau tidak disukai. Konsekuensi hukum ini adalah jika dikerjakan tidaklah berdosa, akan tetapi jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Misalnya adalah mengonsumsi makanan yang beraroma tidak sedap karena zatnya atau sifatnya.

5. Mubah (al-ibahah), yaitu sesuatu yang boleh untuk dikerjakan dan boleh untuk ditinggalkan. Tidaklah berdoasa dan berpahala jika dikerjakan atau ditinggalkan. Misalnya roti, minum susu, tidur di kasur, dan sebagainya.

Kisah Inspirasi Ibnu Hajar

Anak Dari Batu
    Sebelum menjadi ulama besar yang sangat produktif dalam menghasilkan berbagai karya, Ibnu Hajar saat masih menuntut ilmu terkenal sebagai seorang anak yang bodoh dan bebal. Ia pernah merasa putus asa dan lari dari tempat ia belajar karena merasa sangat tidak paham dengan ilmu yang diberikan guru kepadanya. Semaikin ia diberi penjelasan, maka semakin ia tidak mengerti maksudnya. Waktunya lebih banyak untuk menyendiri dan merenung di pinggir sungai. Pada saat merenung, mendadak ia tersentak oleh tetesan air pada batu yang didudukinya itu. Ternyata Pada satu sisi batu dimana air tersebut menetes, terlihat ada lubang di sana. Dari situ kemudian tumbuh lagi semangatnya untuk belajar, karena ia berkeyakinan jika batu saja dapat berlubang oleh tetesan air, tentu hati manusia yang lunak akan tertembus pula oleh siraman ilmu pengetahuan.
        Akhirnya sejarah mencatat Ibnu Hajar al-Asqalani sebagai ulama yang hebat dan terkenal dengan keluas ilmunya. Nama Ibnu Hajar sendiri secara bahasa artinya "Anak Batu" karena erat kaitannnya dengan legenda yang menyatakan bahwa kegemilangannya dalam ilmu pengetahuan berawal dari terinspirasinya ia oleh sebuah batu yang berlubang oleh tetesan air.

Keutamaan Orang Yang Menuntut Ilmu

Betapa Beruntungnya Orang Yang 
Menuntut Ilmu

Baradin Al Mughni
     Orang-orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya diberikan keutamaan oleh Allah swt. Diantar keutamaan-keutamaan orang yang menuntut ilmu dan yang mengajarkannya adalah :

    1. Diberikan derajat yang tinggi di sisi Allah swt.



   "Dan Allah swt akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Q.S.al-Mujadillah/58:11)


    
2. Diberikan pahala yang besar di hari kiamat nanti.

    Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda, "penuntut ilmu adalah penuntut rahmat, dan penuntut ilmu adalah pilar islam dan akan diberikan pahalanya bersama para nabi." (H.R ad-Dailim)

    3. Merupakan sedekah yang paling utama.
    
    Dari Abu hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, " Sedekah yang paling utama adalah jika seorang muslim mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim." (H.R. Ibnu Majah)

    4. Lebih utama dari pada seorang ahli ibadah.

    Dari Ali bin Abi Talib ra. Rasulullah saw. bersabda, " seorang alim yang dapat mengambil manfaat dari ilmunya, lebih baik dari seribu orang ahli ibadah."(H.R.ad-Dailim)

    5. Lebih utama dari seribu raka'at.

    Dari abu Zarr, Rasulullah saw. bersabda, "Wahai aba Zarr, kamu pergi mengajarkan ayat dari kitabullah telah baik bagimu dari pada salat (sunnah) seratus raka'at, dan pergi mengejarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada salat seribu raka'at."(H.R Ibnu Majah)

   6. Diberikan pahala seperti pahala orang yang sedang berjihad di jalan Allah swt.
   
   Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw. bersabda, "Berpergian ketika dan sore guna menuntut ilmu adalah lebih utama dari pada berjihad fisabillillah."(H.R ad-Dailim)

Kamis, 17 Maret 2016

Pentingnya Ilmu Untuk Orang Yang Beriman

     Seberapa Pentingkah Ilmu

         Ilmu adalah Cahaya kehidupan. ilmu ibarat cahaya yang menyinari dalam kegelapan yang menunjukkan arah menuju jalan yang ditempuh.tanpa ilmu seseorang akan tersesat jauh kedalam jurang kebodohan.Denagan ilmu manusia memperoleh segala yang dicita-citakan .Ilm
Baradin Al Mughni
u adalah sumber kehidupan.
Pentingnya Ilmu Sebagai Umat Islam
  1. Jadilah orang yang berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. dan dengan demikian kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah menjadi masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan luas.
  2. Jika tidak bisa menjadi orang yang pandai yang mengajarakan ilmnya kepada umat manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari orang-orang pandai.
  3. Jika tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu pengetahuan kita bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.
  4. Jika menjadi pendengar juga tidak bisa, maka jadilah orang yang menyukai ilmu pengetahuan, diantaranya dengan cara membantu dan memuliakan orang-orang yag berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
  5. Janganlah menjadi orang yang kelima, Yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantar kita memilih yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka